“Pada acara Ngopi kali ini kita sudah mengumpulkan pemuda-pemuda hebat perwakilan dari adik-adik mahasiswa yang mengikuti program Kampus Mengajar. Mereka semua akan berbagi inspirasi dan pengalaman mengajar anak-anak sekolah dasar di daerah-daerah terpencil. Kisah mereka ini tentunya akan memberikan wawasan dan pengetahuan kepada kita semua,” kata Direktur Sekolah Dasar, Kemendikbudristek, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., saat memberikan sambutan.

Sri Wahyuningsih mengajak anak-anak muda untuk dapat memanfaatkan peluang Kampus Mengajar ini sebagai wadah untuk berkarya memajukan satuan pendidikan di Indonesia, dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Ia juga mengingatkan para mahasiswa yang terlibat dalam Kampus Mengajar untuk terus bergerak serentak memberikan sebuah paradigma baru dalam berpikir, dalam bekerja, dalam melayani anak-anak di satuan pendidikan.

Webinar Kontribusi Pemuda Dalam Program Kampus Mengajar

“Mari kita bergandengan tangan, serentak bergerak melalui berbagai kesempatan. Agar kita semua saling terinspirasi, saling termotivasi untuk kita bisa berkarya lebih konkrit, berkarya lebih leluasa, memfasilitasi anak-anak sekolah dasar untuk belajar. Saat ini kita sedang mempersiapkan mereka untuk menjadi SDM unggul di masa yang akan datang,” tandasnya.

Ni Kadek Putri Adnyaningsih, mahasiswi semester 7 Universitas Pendidikan Ganesha, Prodi Pendidikan Biologi, mendapatkan kesempatan menjadi bagian dari Kampus Mengajar angkatan 2. Saat ini ia mengabdi di Sekolah Dasar Pelangi Jimbaran.

Webinar Kontribusi Pemuda Dalam Program Kampus Mengajar

Putri bercerita, di tempat ia mengajar ada yang namanya program buletin literasi numerasi.  Sebuah program yang bertujuan mengajarkan literasi dan numerasi kepada murid. Media pembelajarannya dari yang ada di lingkungan sekitar. ”Untuk kelas 1 kita ambil yang mudah saja. Misalnya es krim. Ada es krim rasa strawberry, kemudian ada es krim coklat, cookies and cream. Nanti mereka bisa atau tidak membaca es krim kesukaan mereka,” tutur Putri.

Dalam program buletin literasi numerasi ini siswa tidak diwajibkan untuk menjawab, tapi yang dilihat utamanya adalah semangat yang luar biasa dari peserta didik terhadap literasi dan numerasi.

“Biasanya wali kelas itu ngirim ke kita ini jawaban dari Mossa, ini jawaban dari Zara. Jadi kita lihat ya ampun semangat banget mereka. Jadi kita juga semakin terpacu untuk semangat buat materi setiap minggunya,” kata Putri.

Kemudian untuk di kelas 1 juga Putri dan teman-temannya membuat ruang kreasi literasi numerasi, dimana melalui ruang teresbut pesrta didik akan menyusun ruangan dengan berbasis literasi numerasi.

“Di ruang literasi numerasi ini kita lebih banyak memberikan penjumlahan, tapi soalnya dari mereka. Apa yang mereka tahu tentang angka, apa yang mereka tahu tentang numerasi dimana materinya hasil penjelasan kita sebeumnya,” imbuh Putri.

Setiap hari Sabtu ia dan teman-temannya juga mengadakan ekstrakurikuler berbasis video ajar. Dalam video ajar tersebut Putri akan merancang eksperimen sains yang memang benar-benar bisa memberikan pengalaman baru untuk murid-murid di rumah.

“Alat dan bahannya bisa disiapkan dari rumah, jadi adik-adik nggak perlu ngambil kemana-mana, nggak perlu yang susah-susah. Pelajaran kemudian dirancang dalam sebuah video menarik yang diunggah di YouTube SD Pelangi Jimbaran. Jadi nanti video di share ke wali murid,” katanya.

Peserta lainnya dari Kampus Mengajar Angkatan 2 yaitu Putri Amalia Hidayat menambahkan, selama mengajar pasti akan ada hambatannya. Tapi menurutnya tidak terlalu susah, hanya butuh adaptasi saja saat pertama kali terlibat dalam kegiatan mengajar.

Webinar Kontribusi Pemuda Dalam Program Kampus Mengajar

“Karena memahami karakter anak itu kan diperlukan waktu. Tapi selama ini saya tidak merasakan kesulitan yang sulit banget. Anak-anak juga Alhamdulillah sangat aktif ternyata. Hanya saja perlu diarahkan yang memang benar-benar sesuai dengan konteksnya,” tutur Amalia.

Risman Febriansyah, peserta Kampus Mengajar Angkatan 1 menceritakan pengalamanya selama mengajar di program Kampus Mengajar. Kebetulan ia bertugas di SD Inklusi Rancaekek, yang memang terdapat beberapa siswa yang berkebutuhan khusus. Hal ini justru menjadi tantangan bagi kelompoknya.

“Di dalam kampus mengajar ini kita banyak sekali mendapatkan pembelajaran yang luar biasa, ilmu yang sangat-sangat luar biasa. Karena ketika saya masuk di kegiatan Kampus Mengajar ini, saya mendapatkan ilmu baru. Terutama di SD inklusi ini yang berbeda dengan SD mana pun,” tutur Risman.

Ia melanjutkan setiap hari harus datang ke sekolah pukul 6 pagi. Kebetulan jarak dari sekolah ke rumahnya kurang lebih hanya 30 menit. Jadi setelah menunaikan ibadah solat Subuh ia dapat langsung berangkat ke sekolah.

“Dan yang paling berkesan itu, ketika saya berangkat ke sekolah pagi-paginya hujan. Jadi di jalan itu hujan-hujanan, tapi itu justru menjadi sebuah kesan yang indah,” katanya sambil tertawa riang.

Karizal Tri Sabana, peserta Kampus Mengajar Angkatan 2 yang ditugaskan di SD Negeri Cinta Ratu menuturkan kisahnya. Pada saat itu sekolah belum melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas, jadi anak-anak melakukan pembelajaran di rumah wali kelasnya. Kemudian ada surat edaran dari Bupati bahwa para peserta Kampus Mengajar diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka, akan tetapi dibatasi dan dengan syarat mematuhi protokol kesehatan.

“Pengalaman mengajar ini menjadi sebuah tantangan bagi kami. Karena kami ini tidak hanya dari program studi pendidikan, ada yang dari manajemen, hukum, psikologi dan akuntansi. Jadi pas awal perlu adaptasi dan sosialisasi dengan siswa maupun bapak dan ibu gurunya,” kata Karizal.

Dampak pembelajaran secara daring akibat pandemi Covid-19, kata Karizal, sangat berpengaruh terhadap anak-anak. Dari hasil yang ia amati, sebagian besar anak-anak termasuk bapak ibu gurunya dalam memberikan pembelajaran secara daring banyak menggunakan cara-cara klasik. Salah satunya hanya memberikan materi di grup whatsapp dan Google classroom.

Webinar Kontribusi Pemuda Dalam Program Kampus Mengajar

“Maka dari itu kedatangan kami ke sini pada awalnya ingin mencoba untuk mentransformasi dari yang tadinya cara klasik menjadi kegiatan yang berbasis digital. Setelah kita dibagi pembagian program mengajar, kami pun langsung melaksanakan bimbingan teknologi kepada wali kelas dengan mengenalkan berbagai macam platform atau media pembelajaran. Salah satunya membuat video tanpa web,” kata Karizal.

Di sekolah tepat ia mengajar ada beberapa anak kelas 1 dan kelas 2 yang masih belum mengenal alphabet. Sedangkan anak kelas 4 dan kelas 5 ada yang masih kesulitan membaca. Ketika kelompoknya mulai mengajar tatap muka, langsung memberikan bimbingan baca dan tulis.

“Kami bagi menjadi beberapa kelompok. Ada kelompok A yang paling mendasar itu yang sama sekali belum mengenal alphabet. Kemudian ada kelompok B yang sudah agak mengenal alphabet dan sudah bisa mengeja. Dan juga ada kelompok C yang sudah lancar tetapi masih agak lambat,” katanya. Dengan bimbingan yang intens, para peserta didik itu sudah mengalami kemajuan berarti dalam baca tulis.

Berada di luar zona nyaman akan selalu memberikan tantangan. Inilah yang dirasakan oleh para mahasiswa program Kampus Mengajar saat terjun ke lapangan sebagai pelayan pendidikan. Berjibaku dengan berbagai situasi dan kondisi, menyatu dengan alam dan lingkungan. Perjalanan mengikuti program kampus mengajar tentu tidak mudah. Meski begitu, banyak pengalaman yang menyenangkan serta pelajaran bermanfaat untuk kehidupan.

Para mahasiswa, generasi muda  kebanggaan Indonesia, yuk tunjukan aksimu, tunjukan semangatmu, tunjukan kontribusimu melalui program Kampus Mengajar! (Hendriyanto)