Oleh karena itu, Direktorat Sekolah Dasar menggelar webinar dengan tema ‘PJOK dalam Pembelajaran Paradigma Baru’ pada Rabu, 27 Oktober 2021. Tujuannya untuk memberikan edukasi serta inspirasi terkait implementasi PJOK di tengah pandemi.

Dr. Ary Moelyadi, M.Pd., Asisten Deputi Pengelolaan Olahraga Pendidikan, Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga, Kementerian Pemuda dan Olahraga mengatakan, merespons situasi pandemi ini pihaknya membuat inovasi kegiatan olahraga. Yaitu dengan menyelenggarakan sport festival untuk kategori silat, karate dan taekwondo yang dilaksanakan secara virtual.

Kegiatan tersebut sifatnya masih pilot project yang hanya diadakan di 5 kota yaitu Bandung, Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Sukabumi. “Pilot project ini dilakukan agar para peserta didik kita bisa bergerak meskipun kondisi pandemi. Mudah-mudahan tahun depan kita bisa perluas lagi ke kota-kota lain,” kata Ary Moelyadi ketika menjadi pembicara webinar.

Menurut Ary, meskipun program sport festival ini masih dalam pilot project dan diadakan secara virtual, tapi peserta sangat antusias. Kegiatan tersebut sebagai upaya mendiagnosis bakat dan minat anak-anak SD, SMP, SMA atau sederajat dalam PJOK.

“Setelah kita coba ternyata peserta didik di kota Bandung banyak yang berminat pada taekwondo, silat dan karate. Kota Cirebon dan kota lainnya sebagian besar minat ke silat dan karate,” ungkapnya.

Ary menyampaikan bahwa Indonesia masih memiliki permasalahan olahraga pendidikan. Diantaranya kenakalan pelajar meningkat termasuk kebugaran rendah, olahraga belum menjadi gaya hidup lagi akibat pengaruh kemajuan teknologi (adanya games, media sosial, Internet dan lain-lain), kurangnya fasilitas untuk PJOK dan ekstrakurikuler olahraga, serta kurangnya aktivitas fisik/olahraga untuk pelajar.

“Sehingga berakibat angka pelajar kategori sangat aktif yaitu hanya 2,1%. Dilihat dari derajat kebugaran jasmani yang baik sekali hanya 0,14%,” katanya.

Dalam mewujudkan Indonesia emas Tahun 2045, SDM Indonesia yang saat ini masuk kategori anak (< 15 tahun) akan menjadi pemimpin di berbagai sektor, baik pemerintah maupun swasta. Oleh karena itu perlu disiapkan pemenuhan hak anak untuk tumbuh kembang, kesehatan, serta pendidikan karakter.

“Jadi olahraga pendidikan berperan dalam gerakan hidup aktif yang menyenangkan. Era Industri 4.0 yang didominasi oleh penggunaan digital hampir merambah semua generasi, termasuk anak didik U-15. Bonus demografi 2020-2030 adalah usia produktif penduduk 15-65 tahun, namun faktanya produktivitas tersebut tidak didukung derajat kebugaran yang baik. Ini bisa berakibat generasi yang harusnya produktif menjadi non-produktif,” tandasnya.

Fajar Wahyu Edi, M.Pd., Guru PJOK SDN Banyuasin III Kabupaten Banyuasin yang juga turut menjadi narasumber webinar menyampaikan, ia masih terus aktif memberikan pembelajaran PJOK selama pandemi. Bahkan belum lama ini pihaknya mengirimkan silat virtual dalam bentuk video, dalam rangka mengikuti perlombaan olahraga yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan kabupaten maupun provinsi.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Tengah Pandemi

“Pengalaman saya selama menjadi guru olahraga, saya selalu meyakini ketika kita bisa mengajar dengan baik, mengajar dengan program dan terencana, guru olahraga akan menjadi salah satu guru yang diidolakan. Guru olahraga yang selalu ditunggu-tunggu jam pelajarannya. Jika anak-anak menyukai mata pelajarannya maka kebiasan olahraga pun akan terbentuk pada diri mereka,” tutur Fajar.

Untuk menjadi guru PJOK yang diidolakan oleh peserta didik, menurutnya, guru harus bisa membuat pembelajaran olahraga menyenangkan sesuai dengan karakter dan minat bakat siswa di sekolah. Ketika guru sudah bisa memahami kemampuan dan teknik keterampilan yang dimiliki oleh anak didiknya, baik dari segi fisik dan yang lainnya, maka mengajar PJOK itu akan lebih hidup dan lebih baik.

“Oleh karena itu guru olahraga dituntut untuk menciptakan inovasi-inovasi dalam memberikan pelajaran PJOK. Khususnya di sekolah dasar yang menjadi ujung tombak dalam perekrutan bakat minat olahraga anak ke depannya,” kata Fajar.

Dalam kesempatan yang sama, Sugiharto, Guru PJOK SDN Lempongsari, Kota Semarang menjelaskan tentang media pembelajaran yang tepat untuk siswa kelas rendah dan kelas tinggi di sekolah dasar. Untuk kelas rendah dapat dilakukan melalui audio visual seperti video, bisa juga melalui gambar, dan praktek langsung. Begitu juga untuk jelas tinggi.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Tengah Pandemi

“Tapi bedanya untuk kelas tinggi itu bisa dikembangkan lagi sesuai materi dan kebutuhan siswa. Contohnya permainan kartu gerak untuk materi gerak lokomotor, non lokomotor dan manipulatif,” katanya.

Untuk mengembangkan bakat di bidang olahrahga, peserta didik sekolah dasar harus didorong mengikuti ekstrakurikuler. Melalui ekstrakurikuler diharapkan mereka dapat mencapai prestasi yang lebih tinggi.

Muksin, guru SDIT Salsabila Baiturrahman, Prambanan, Kabupaten Klaten menambahkan, untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, guru dapat mengimplementasikan project based learning (PBL). Pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Tengah Pandemi

Biasanya PBL dilakukan di luar kelas. Hal tersebut karena sumber belajar lebih banyak dan beragam, lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Pikiran lebih segar serta lebih memerdekakan peserta didik.

“Contoh-contoh kegiatan (praktik baik) pembelajaran di luar kelas bisa dilakukan dengan mengumpulkan berbagai benda di sekitar sekolah seperti batu, daun, ranting, dan lain-lain. Kemudian menghitungnya, membentuk jadi gambar sesuatu, kemudian mempresentasikannya,” tutur Muksin.

Selain itu juga dapat mengumpulkan bahan-bahan atau barang-barang bekas kemudian dijadikan alat bermain atau peraga edukatif. Misalnya mengumpulkan plastik dijadikan bola. “Nah, jika untuk PJOK bisa disuguhkan kegiatan dari permainan tradisional. Sain untuk mengenalkan permainan tradisional Indonesia, juga untuk mengolah tubuh dan juga pikiran,” katanya.