”Persiapan digitalisasi sekolah bukan hanya tugas satuan pendidikan, tetapi menjadi tugas bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Yaitu membantu ketersediaan perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta jaringan internet,” kata Direktur Sekolah Dasar, Kemendikbudristek, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., dalam webinar bertajuk Merdeka Belajar, Pembelajaran Paradigma Baru pada Senin, 25 Oktober 2021.

Secara bertahap pemerintah pusat melalui Direktorat Sekolah Dasar akan melakukan pendataan terhadap sekolah-sekolah yang membutuhkan fasilitas TIK dan akses internet. Kurang lebih ada 149 ribu sekolah dasar negeri dan swasta yang tersebar di 34 provinsi di 514 kabupaten/kota seluruh Indonesia.

“Kebutuhan TIK di sekolah dasar saat ini masih 82%. Artinya masih banyak sekolah yang belum memiliki sarana TIK yang memadai untuk kebutuhan digitalisasi, yang kini menjadi prioritas untuk kemajuan pembelajaran,” tutur Sri Wahyuningsih.

Oleh karena itu, solusi dalam mewujudkan pemerataan digitalisasi di sekolah dasar adalah dengan membangun kemitraan. Baik itu kemitraan dengan swasta maupun kemitraan sesama dinas pendidikan di berbagai daerah.

”Selain kebutuhan sarana, kesiapan guru dalam menguasai teknologi informasi juga sangat penting untuk menjawab tantangan digitalisasi ini. Kita masih membutuhkan waktu untuk mempersiapkan digitalisasi di sekolah di seluruh Indonesiai,” katanya.

Dr. H. Suwarno Muriyat, S.Ag., M.Pd., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kapuas menuturkan, kebijakan Merdeka Belajar yang menghadirkan digitalisasi sekolah ini sangat membantu sekolah-sekolah yang akreditasinya rendah.

Tanggung Jawab Bersama Mewujudkan Digitalisasi Sekolah Dasar

“Merdeka belajar dengan program digitalisasi sekolah ini kami artikan bahwa guru mempunyai tantangan untuk memberikan inovasi, memberikan kreativitas agar tujuan utamanya dalam mendidik anak-anak bangsa dapat tercapai,” kata Suwarno.

Ia menambahkan untuk meningkatkan mutu Pendidikan, Kabupaten Kapuas sudah 2 tahun ini menjalankan program Pendidikan Kapuas Cerdas. Filosofinya bahwa orang-orang hebat berasal dari pendidikan yang bagus dan berkarakter cerdas. Jadi cendekia, energik, religious, dedikasi, adiluhung dan sejahtera.

“Dalam konteks Merdeka Belajar, kami di Kalimantan Tengah ini kondisinya sangat heterogen. Sebanyak 12 kecamatan berada di daerah pasang-surut yang sarana dan prasarananya sangat bagus. Sementara 5 kecamatan lainnya di daerah non pasang surut dan ini memiliki kendala. Kemudian Kabupaten Kapuas juga sudah menjalankan Sekolah Penggerak, yang terdiri 18 sekolah, guru penggerak ada 26 orang, organisasi penggerak ada 12 sekolah,” ujarnya.

Narasumber lainnya, Aminuddin, S.Pd., S.IP., M.M., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuasin menuturkan, upaya peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan peningkatan sumber daya manusia di daerahnya menjadi program prioritas. Dikemas dalam program Banyuasin Sehat, Banyuasin Cerdas, Banyuasin Prima, Banyuasin Bangkit dan Banyuasin Religius, serta infrastruktur bagus.

Tanggung Jawab Bersama Mewujudkan Digitalisasi Sekolah Dasar

“Dari program prioritas tersebut ada satu program yang leading sector-nya khusus di bidang pendidikan yaitu Banyuasin Cerdas. Di sini kita sepakat program literasi harus kita booming-kan di Kabupaten Banyuasin sehingga program tersebut dapat terlaksana dengan baik,” ujarnya.

Di Banyuasin sendiri ada 551 sekolah dan 448 diantaranya adalah sekolah negeri. Aminuddin menegaskan bahwa para guru di daerahnya mempunyai semangat yang sama dalam program Banyuasin Cerdas, yaitu jangan sampai terjadi learning loss pada peserta didik. ”Semua bekerja keras mewujudkan Banyuasin Cerdas,” katanya.

Made Antika S.Pd., M.M., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, Bali mengatakan kolaborasi digitalisasi pendidikan yang dilakukan pihaknya adalah dengan mengadakan sosialisasi akun pembelajaran belajar.id. Pihak dinas Pendidikan juga melaksanakan pelatihan bagi kepala sekolah SD dan SMP se-Kabupaten Buleleng.

Tanggung Jawab Bersama Mewujudkan Digitalisasi Sekolah Dasar

”Selain kegiatan tersebut, kami juga memiliki strategi dalam mendorong orang tua meningkatkan peranannya mendampingi putra-putrinya belajar selama daring. Yaitu dengan optimalisasi cara belajar selama pandemi melalui media sosial, media cetak dan media elektronik seperti reportase, dialog interaktif dan diskusi terfokus. Tidak hanya itu kami juga memanfaatkan dana BOS untuk pembelajaran di masa pandemi seperti pemberian kuota internet, pemasangan monopole akses internet dan cetak modul,” tuturnya.